Friday, June 24, 2011

Hachiko (Bagian Pertama)

Aku kenal kamu dari kakakku. Sore itu, aku leyehleyeh di sofa ruang keluarga, menatap layar laptop, lalu diam. Sesekali jarijariku mengusap butiran hangat di pipi. Butiran itu sering aku biarkan mengalir sampai ia jatuh ke bantalku yang empuk.

Musim dingin berpuluh tahun lalu adalah waktu yang sudah ditentukan untukmu pergi dari semesta. Mungkin Bapak Parker kangen. Beliau ingin cepat bertemu kamu, memainkan permainan kesukaanmu, kemudian melakukan apa saja yang kamu suka. Sungguh, Bapak Parker itu sayang kamu, sangat. Beliau tidak ingin kamu menunggu lebih lama lagi di bundaran stasiun, tidak ada yang mengajak main, lalu kedinginan.


Aku turut senang ketika kamu selalu mengantar dan jemput Bapak di stasiun, bermainmain, lalu berpelukan. Wajahmu terlihat bahagia dan gerakmu juga lincah. Bisa bahagia setiap hari itu baik untuk kesehatan, lalu tularkan kebahagiaan itu ke aku ya. Akan tetapi sejak Bapak pergi untuk selamanya, kamu tidak selincah dulu, kebanyakan muram.


Asal kamu tahu, semua orang di sekitar Stasiun Bedridge sayang kamu, seratus persen. Bahkan kamu itu diliput oleh banyak media massa, sehingga manusia banyak yang memberimu kasih, lalu membelikan makanan kesukaanmu. Kamu tidak seperti anjing pada umumnya. Menyapa kamu itu layaknya seperti menyapa manusia.


Manusia, seperti aku, sepantasnya belajar dari kamu, Hachiko. Belajar hal remeh yang dinamakan kesetiaan.


Belajarlah pada anjing, karena mereka setia. Kalau kau masih selingkuh, kau lebih rendah dari anjing - Theoresia Rumthe -



Jakarta, 31 Mei 2011

Dedicated To Tom

Tita : Cil, alamat tumblrnya jadi diganti ngga?

Racil : Jadi.


Tita : Apa? Sekalian nih gw lagi buka tumblr.


Racil : Aduh. Uhm uhm. Haha. Uhmmmmmm, thebirdandthebee. THX!


Tita : Already taken. PING!!!


Racil : What?? Lo taken? PING!!! PING juga.


Tita : Ngga enak banget ya bahasanya : already taken. Udah ada yang makeeee. Anda kurang beruntung. Cari yang lain.


Racil : dedicatedtotom.


Tita : Well done. Dedicatedtotom.tumblr.com with the smiley ice cone picture. Selamat menulis.


Racil : THXXXX


Racil nama lengkapnya Jessica Wirati Mula Budiharga. Kami samasama doyan menulis – di jalannya masingmasing. Beberapa hari yang lalu, perempuan yang nerd ini, memberikan saya katakata yang dirangkainya menjadi sebuah tulisan. Dia memberi judul : Belajar.


Belajar

Saya itu…

Belajar kejujuran dari sebuah kebohongan.

Belajar kesetiaan dari sebuah pengkhianatan.

#jwb#mecoba flashback


Meskipun tulisannya terasa galak, beberapa detik setelah membacanya saya tersenyum. Memang benar, seseorang yang dipertemukan kemarin supaya saya belajar.


Silakan berkunjung ke dedicatedtotom.tumblr.com. Selamat menikmati katakata.



Jakarta, 25 Mei 2011

Hati (hati)

Malam kemarin saya cerita ke beberapa teman kalau keadaan hati saya sedang kurang bersahabat. Seperti ada kangen – mungkin bercampur benci. Sungguh, saya tidak ingin mengatakan benci, tetapi itu yang saya rasakan – dari berangkat kerja, sampai kembali ke tempat beristirahat. Sebelum saya membuat tulisan ini, saya buka twitter, lalu mendapati twit-an seperti berikut : Ikhlas itu sulit, jika belum bisa jangan dipaksa. Nanti jadi tidak ikhlas (via @TUJUHrupa)

Di tempat saya bekerja, hampir tidak ada yang mesti saya kerjakan. Saya mati gaya. Lalu ingin cepatcepat sampai rumah, tidur terlentang, lalu memandangi langitlangit kamar. Saya berkata kepada hati bahwa saya ingin menangis, tetapi sampai saya terlelap, tidak ada satu butiran hangat pun yang keluar.


Saya benci untuk mengatakan benci. Memang sebaiknya benci itu dimusnahkan saja dari semesta. Benci itu semacam virus perusak hati.


Mungkin hati itu sendiri permasalahannya hanya sebentar. Sebentar kuat, sebentar lemah. Sebentar mengatakan baik, sebentar brengsek. Sebentar pahit itu terasa manis, sebentar pahit itu ya pahit. Akan tetapi mungkin juga itulah yang dinamakan ngrasani hati (hati).



* Ngrasani (Bahasa Jawa) : merasakan/feel

Jakarta, 25 Mei 2011

Give and Take

Saya ingin bisa seperti itu terus setiap hari. Memberi kebaikan, lalu kebaikan itu pasti akan sampai ke saya lagi. Mungkin hanya kepercayaan saya saja, bahwa jika kita banyak memberi, maka akan banyak menerima.

Saya jadi teringat percakapan dengan teman kecil saya. Dia bilang lebih baik memberi daripada menerima, meskipun sebenarnya menerima itu lebih enak. Lalu dia menyuruh saya untuk mempercayai hal ini : kalau kamu bisa memberi, kamu pasti bisa menerima; tetapi kalau kamu bisa menerima belum tentu bisa memberi. Mungkin maksud teman kecil saya itu, kalau kita selalu menerima, lalu terlena, tidak mau usaha.


Perihal memberi, saya berkeyakinan kalau memberi itu harus dengan sepenuhpenuhnya hati, 100%. Misalnya memberi sayang kepada orang yang disayang, harus 100%. Memberi sayang, lalu ikhlas.


Give more, expect less.



Jakarta, 21 Mei 2011

Semua Baik

Ada sebuah keluarga kecil yang tinggal di sebuah rumah di daerah Cinere. Mereka terdiri dari bapak, ibu dan seorang anak perempuan yang saat ini duduk di kelas sembilan. Malam lalu saya menjenguk sang ibu di Rumah Sakit. Di sana ada suaminya yang menunggu dan seorang rekan kerjanya. Saya berkunjung bersama papa, mama, dan adik.

Kami cukup lama di ruangan sang ibu, yang dirawat selama hampir satu bulan. Mereka dan orang tua saya banyak bercerita. Sedangkan saya kebanyakan menjadi pendengar, jarang sekali ikut bicara.


Obrolan mereka sungguh membuat hangat. Semacam obrolan ngalor-ngidul mengenai keluarga dan janji pernikahan, disamping tentunya membicarakan hal yang membuat sang ibu dirawat di Rumah Sakit Cinere.


Sang ibu ternyata mengidap penyakit gagal ginjal. Dia harus menjalani cuci darah sebanyak tiga kali seminggu. Sekali cuci darah membutuhkan waktu lima jam. Organ tubuhnya sudah banyak yang tidak berfungsi dengan semestinya. Ibu sudah di minyak suci lebih dari sekali. Di masamasa kritisnya kemarin, dia bercerita bahwa dia seperti sudah dipanggil. Dia sempat melihat rumahnya di semesta sana. Rumahnya putih, lalu dia bertemu dengan adiknya yang sudah dipanggil terlebih dulu.


“Ternyata, marah ke istri itu tidak boleh banyakbanyak ya. Mestinya sekalisekali saja. Tidak hanya marah, namun juga konflik. Sebisa mungkin diselesaikan cepatcepat. Saya itu kemarin dengan Monique berangkat bersama. Lalu saya bilang ke Monique. Sepi ya. Biasanya kita bertiga, kok ini hanya berdua dengan kamu.” Kata bapak (suami dari sang ibu) sambil menyetir mobil menuju sekolah si anak.


Sang anak yang kala itu menjadi penumpang, tidak kuat menahan tangis. Lalu bapak bertanya, “Kalau Ibu dipanggil, berapa persen kamu bisa ikhlas?”. Anak menjawab,”Tujuh puluh persen”. “Kamu hebat. Kita manusia, lemah. Hampir tidak mungkin bisa seratus persen ikhlas. Ayo kita jabat tangan”. Tidak lama setelah mereka berjabat tangan, sang anak kembali menangis. Bapak tersenyum lalu berkata, “Ibu diberi penyakit, lalu kritis. Kalau ibu dipanggil, Tuhan sayang ibu. Dia tidak mau ibu terlalu lama mengalami sakit.”


“Ketika dalam keadaan seperti ini, saya seperti diuji tentang janji pernikahan. Benar ngga ya seperti apa yang saya bilang dulu. Bersumpah di depan Tuhan itu ternyata susah, semua dicatat. Dulu saya minta diberkati untuk menjadi pasangan sehidup semati. Lalu mengucap janji pernikahan : Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang, senang dan sedih, suka dan duka, sakit dan sehat. Saya mau mencintai dan menghormati dia seumur hidup.”, Kata bapak sambil tertawa.


“Saya sempat bilang begini ke Monique. Kamu ngga lulus ujian, ngga apaapa. Itu bukan bencana. Ulangi lagi sampai kamu lulus. Tapi, yang sebenarnya dinamakan bencana itu adalah : kalau bapak ibumu pisah. Itulah bencana yang sebenarnya.”



Dari semua telah Kau tetapkan, hidupku dalam tangan-Mu. Dalam rencana-Mu Tuhan, rencana indah telah Kau siapkan bagi masa depanku yang penuh harapan. Semua baik, semua baik. Segala yang telah Kau perbuat dalam hidupku, semua baik, sungguh teramat baik. Kau jadikan hidupku berarti. - Semua Baik -


Jakarta, 23 Mei 2011

Lelaki Spesial

Beberapa hari belakangan, saya selalu melakukan hal ini setelah sampai di rumah. Masuk kamar, ganti celana pendek (belum sempat mandi), menyalakan laptop, buka windows player, setel musik, tiduran di kasur, lalu terlentang menatap langitlangit kamar. Menatap langitlangit itu minimal dua jam. Kadang sambil memeluk guling, lalu bbm-an dengan siapapun. Saya heran bisa begitu, padahal beberapa hari belakangan saya sedang Ujian Akhir Semester. Mestinya saya belajar kan :p

Dua malam lalu, saya bbm-an dengan seseorang yang saya sebut dia spesial. Percakapan diawali dengan perkataan saya bahwa dia terlihat agak kurus. Bbm-an berlanjut sampai kirakira jam setengah satu pagi. Dia, yang saya sebut spesial, cerita banyak hal dan yang membuat menarik adalah munculnya sebuah hal, tentang pengakuan. Pengakuan saya dan dia. Begini percakapan kami :


Dia : tibatiba aku merasa sedih.. lagi..


Saya : sedih itu pilihan. Nangis gih biar plong. Pilihanmu baik, ngga salah. Abis nangis, trus bahagia ya. trus mbatin kuat kuat kuat.


Dia : ngga bisa. Kayaknya aku udah mati rasa. Padahal barusan senengseneng, ketawaketawa. Kalau udah sendiri langsung drop.


Saya : normal kok, jalanin natural, pelanpelan. Besok ketawaketawa lagi ya sama tementemen. Sabar, sabar. Kalau emang kamu ngga bisa nangis, bagus. Sekarang merem, trus tidur.


Dia : iya tita. Kamu ngga tidur? Oh ya, yang bikin aku aneh juga adalah….


Dia menceritakan permasalahan dia di sana. Lalu saya bilang begini :


Saya : hmmm. Let me think.


Dia : aku juga ngga ngerti kenapa begitu. Aku nggak mau. Pasti kamu jijik sama aku ya tita.


Saya : Kaget sih dengernya. Tapi lega setelah denger kamu bilang ngga mau. Aku ngga ada jijik sama sekali. Sekali lagi, it’s normal. Aku bales bbm lama, karena lagi ngerasain kamu dan mikir, ngga mau salah ucap.


Dia : trus apa yang harus aku lakuin ya?


Saya : aku boleh jujur ngga ya? tapi kalo jujur, takut bikin kamu down. Pengen deh ketemu kamu sekarang.


Dia : iya ngga apaapa tita. Bilang aja.


Saya bercerita tentang firasat. Firasat itu ada ketika kami bertemu beberapa waktu yang lalu. Saya bilang kalau saya memang suka sebal dengan firasat. Entah apa itu namanya, firasat atau perasaan. Kemudian saya melakukan sebuah pengakuan. Pengakuan yang sudah lama ingin saya katakan setiap kali bbm-an dengan dia.


Saya : hmm. Ini jujur sejujurnya……… kalau aku sayang kamu. Really. Kamu itu spesial. Aku baru nemu orang kaya kamu. Tapi aku ngga berharap untuk pacaran sama kamu.


Saya : choose the best of the best. Hidup itu tentang pilihan dan kamu harus milih. Pilih yang terbaik ya. Untuk yang sekarang, jalanin aja yang ada sambil tetep fokus ke halhal positif. I feel you.


Lama dia tidak membalas bbm saya. Kemudian saya berpikir kalau dia ketiduran.


Saya : pasti kamu udah tidur ya. Tidur yang nyenyak ya. niteeee. You are special.


Tulisan ini spesial dibuat untuk kamu yang spesial : don’t worry, don’t hurry. Everything is going to be amazing.



Jakarta, 22 Mei 2011

Thursday, June 23, 2011

Perihal Kamu

Percakapan lama yang hampir tiada. Percakapan mimpi yang hampir basi.

Kamu : Kamu dimana?


Aku : Kamu tanya aku di mana? Di hatimu.


Kamu : Just make sure kalau masih berlaku jawaban itu. Ngekkkk.


Aku : Ngik ngok.


Kamu : Makin tidak peduli. Parah banget. Aku ansos makin akut.


Aku : Maksudnya? Aku yang tidak mengerti atau aku yang lemot karena tidak makan dari semalam?


Kamu : Haha. Aku ansos, hidup ‘sendiri’. Sudah setahun lebih dan aku suka. Tanpa perlu basa-basi, kongkow sana-sini. Aku pun tidak pernah merasa butuh teman. I have my own life. Makin kesini makin enak, sampai tibatiba Ibu bertanya, “Kamu punya temen ngga sih sekarang?”. Hahaha. DANG. Rasanya seperti ditampar. Lalu aku jawab, ”I don’t need”.


Aku : Really? Itu kalau jalanjalan keluar, memangnya tidak bersosialisasi?


Kamu : Dengan siapa? Owen? Selebihnya? Sendiri. Sekarang aku bertemu Ellen, yang lamalama juga ansos. Dia senang melihat aku. Hahaha. Kami cocok. Sayangnya dia perempuan. Kalau lakilaki, sudah aku pacarin! Sabtu hanya dengan Owen. Kalau Owen tidak ada, ya sendiri. Aku bahkan melewatkan beberapa acara rutin semacam barbeque, kumpulkumpul dengan temanteman SMA. Aku memakai satu alasan : meeting kantor. Have fun!. Aku peduli sama orang siapapun dia yang rapuh. Hanya dari twit menye aku bisa rasain apa yang dia rasain. Semacam kamu waktu dulu.



Jakarta, 25 Mei 2011

 
 
Copyright © TITA
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com