Wednesday, December 11, 2013

11.12.13

Membulatkan keputusan. Entah.
I quit.


Di atas meja kerja.
Rabu, 11.12.13

Wednesday, November 27, 2013

Among ring Acintya, Om Awighnam Astu namo Siddham

Dan teringat Nyoman Sura. Seniman yang saya tidak akan pernah lihat lagi di dunia ini secara nyata. Untuk pertama dan terakhir kalinya di Gedung Kesenian Jakarta, beberapa tahun yang lalu. Bukan menjadi penari latar atau pelengkap. Namun sudah menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan ketika menari bersama Ayu Laksmi. Saling memberikan energi. 

Wong pertama kali lihat fotonya saja saya sudah suka. Apalagi lihat beliau menari. Tubuh kekar, badan penuh lukisan, penuh penghayatan. Seperti memberikan nyawa dan makna di setiap gerakan. Seperti ada yang ingin disampaikan. 

10 April 1967, Desa Kesiman, Denpasar, Bali. Seperti yang saya kutip dari laman Kelola bahwa Sura dibesarkan dalam keluarga petani yang tekun. Kedua orang tuanya menanamkan disiplin dan tanggung jawab yang kuat pada dirinya. Sejak kanak-kanak Sura aktif membantu orang tuanya menggarap sawah. Dalam usia tujuh tahun, di sela kesibukan sekolah, Sura gemar menonton latihan tari di balai banjar. Sura senang mengamati gerakan-gerakan tari Bali yang diperagakan peserta latihan. Acapkali, di luar kalangan dia asyik sendiri menirukan gerakan para penari. Karenanya, bukan main girang hatinya ketika dia diijinkan ikut latihan.

Menuju Kremasi
Itulah kali pertama Sura berkenalan dengan seni tari Bali. Sebagai pemeluk agama Hindu Bali, bersama teman-temannya Sura kecil sering ngayah: menari di berbagai pura di lingkungan desa kelahirannya sebagai ungkapan terimakasih kepada dewata. Begitulah, sebagai seniman Sura tumbuh dalam lingkungan masyarakat Bali yang religius. “Saya belajar tari Bali dari dasar. Jadi saya paham pakem-pakem tari Bali,” ujarnya. Sura sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berkaitan dengan adat dan agama. “Di Bali komunitas adat mengharuskan kami saling berinteraksi dan saling membantu. Untuk itulah kita harus mampu mengatur waktu di tengah berbagai kesibukan,” tuturnya.

Sampai pada akhirnya, Sura menjadi penari dan penata tari.
Among ring Acintya, Om Awighnam Astu namo Siddham. Semoga sudah menemukan ketenangan di tempat yang paling nyaman dan aman di sana, Bli I Nyoman Sura. Saya pun tidak akan pernah tahu kapan menghadapNya.


Jakarta, 26 November 2013.
teringat ketika buka facebook. Foto-foto diambil dari akun pribadi (facebook) beliau.

Sunday, November 24, 2013

Mufti Priyanka, "Gelinjang Neurotik Djiwo Sleborz1", Mixed Media, Site Specific, 2013

Deretan Karya
Ada Monyet
Ada Beruang
Jendela, Bir, dan Kata
'Nakal'
Gemes

Kalau penasaran, silakan datang langsung ke Galeri Nasional Gedung C. Pameran ini masih berlangsung sampai 12 Desember 2013. Untuk menemukan ruangan persegi panjang dua jendela dengan satu kaleng bir, kamu harus melewati hand cut paper installation karya Rudy Atjeh dulu.

Sungguh, pada awalnya saya pikir ini ruangan panitia. Saya melongok, ngintip, sampai akhirnya menjejak pelan. Dinding pertama yang saya ambil gambarnya, ya dua jendela, satu kaleng bir dengan tulisan di bawahnya. Jika baca kalimat itu saya ingat teman saya, Toha namanya. Saya jarang temukan tanda baca titik di antara kata yang ditulisnya. Seperti membiarkan pembacanya menentukan titiknya sendiri. Begitu kira-kira. Atau memang supaya kata-katanya mengalir saja. Entahlah. Tapi saya suka gaya penulisannya.

Mufti Priyanka, lahir di Bandung, 5 Juli 1980, begitulah seperti dikutip dari buku katalog SEA+ Triennale 2013. Seperti mewakili perhelatan panggung sandiwara kehidupan. Ah, saya tidak mau komentar banyak.


Jakarta, 23 November 2013

Suara Konsumen: SPBU Shell

sumber : klik disini
Sejak kantor tempat saya bekerja (dahulu) pindah ke Jalan Panjang, motor menjadi andalan saya nomor satu menuju kantor. Mobil sudah sangat tidak mungkin. Apalagi angkutan umum. Banyak alasan. Daripada dibilang banyak alasan. Antisipasi dulu.

Berhubung motor baru, (sebenarnya juga masih motor pinjaman :p) saya mau bensin diisi dari SPBU yang bagus juga. Alasan utama memang bukan karena SPBU-nya yang bagus. Tapi lebih karena pesan orang tua, yang katanya bensinnya murni. Tidak ada campuran.

Di Jakarta, SPBU Shell relatif mudah didapatkan. Masalahnya adalah pelayanan setiap SPBU berbeda. Pelayanan SPBU di daerah Jalan Panjang berbeda dengan di Soepomo. Juga di MT Haryono, dll. Masing-masing punya ciri khas, plus minus. Pernah beberapa kali dicuekin. Ada yang asyik ngobrol sendiri, sesama petugas. Bahkan saya hampir-hampir tidak dilayani kalau saya tidak panggil.

Dari sekian banyak SPBU Shell yang saya datangi, tempat favorit saya ada di MT Haryono (tepatnya sebelum Tebet Green). Sejauh ini memang belum pernah dikecewakan. Petugasnya ramah dan sigap. Yang pasti tidak saya tidak pernah dicuekin :p

Keep up the good work bro!
Jakarta, 23 November 2013.

Demi Lunang

Karya Iwan Effendi
Karya Iwan Effendi

Don't deny it*

I miss you*


*Karya Lulusan ITB, tapi lupa catat siapa. Maaf ya.


Demi Finding Lunang di Pasar Seni, Parkir Timur Senayan.
Lebih jauh mengenai Pasar Seni : klik disini

Jakarta, 3 November 2013.

Saturday, October 19, 2013

MMT : Malam Minggu Tita

Sumber : satulingkar.com
Duduk cantik di lantai satu, diantara buku-buku yang nangkring di rak. Bebas baca sepuasnya. Bebas ngelamun sampe cafe-nya tutup. Yang pasti disini ngga ada yang nanya "kapan nikah". 2013, mestinya lo duluan yang nikah, trus gue. Atau bahkan mestinya udah punya anak 1. Dini Marita sesuai pembicaraan dua taun lalu. Kita masing-masing punya mimpinya sendiri-sendiri. Ngga tau becandaan atau beneran.

Masih inget banget perjuangan untuk mencapai Kemang Timur ini. Macetnya juara, yang ternyata ada rame-rame Kemang Festival. Mestinya anak muda itu rajin-rajin denger radio berita biar tahu kondisi jalanan. Katanya. Mestinya juga harus rajin-rajin dateng ke resepsi nikahan orang lain. Biar nanti banyak yang dateng ke resepsi nikahan kita. Ini sih katanya lagi. Tapi gue sangat menentang ini. SANGAT!

Chicken Gordon Blue, Ice Tea. Menu yang sama yang gue pesen dua tahun lalu. Rasanya ngga berubah. Yang berubah cuma gue di sini sekarang sendirian. Sama laptop sih. Sama pacar sih mestinya. Mestinya yaaa. Tapi sayangnya ngga ada. Baru putus kayaknya. Mestinya juga bukan sama lo lagi kesininya. Ahahahaha. Tapi mestinya bulan ini atau bulan menuju akhir taun kita ke Bali. Duduk cantik di Art Cafe, Ubud, sambil denger akustikan. Sambil liatin orang pacaran. Romantis banget ngga si kita? Ahaha (jijik sendiri). Disini gue juga bisa liatin orang pacaran. Ceweknya keliatan sosialita. Cowoknya enggak. Mereka keliatan lagi 'panas-panas'nya jatuh cinta. Masih unyu-unyu. Umurnya sekitar 40-an. Pegangan tangan, cium-cium pipi. Ya biasa aja sih liatnya. Selama yang pacaran di depan gue, bukan mantan.

Jadi, SGD itu hampir sama kaya USD lho sekarang. Happy weekend! 

19 Oktober 2013.

Tuesday, October 15, 2013

Almost

Love is patient and kind. Love doesn’t envy or boast, it’s not arrogant or rude. Love doesn’t rejoice at wrongdoing, but rejoice with the truth. Love bears all things, believe all things, hopes all things, endures all things, love never ends (1 corinthians 13:4-8).

Tenang mam. Almost! Meskipun almost ngga akan pernah cukup. Someday I will. We will. Together as one.  


Jakarta, 15 Oktober 2013.
Happy Wedding, mates.

Wake Me Up

Jl. Braga, Bandung (dokumen pribadi)
Harusnya saya sekarang lebih produktif menulis. Saat-saat hati sedang patah biasanya akan lebih banyak waktu untuk diri sendiri. Kali ini waktu yang saya punya saya habiskan untuk tidur. Tidur kali ini agak berlebih. Benar-benar tidak produktif.

Jodoh benar-benar tidak bisa dipaksakan. Seringkali saya terlalu percaya kalau dia yang akan menemani hari-hari tua saya. Bahkan sebenarnya warna bola matanya saja saya tidak tahu. Ini imajinasi. Saya terlalu banyak melamun. Tidak hanya melamunkan dia yang sampai sekarang belum juga dipertemukan, tapi melamunkan mimpi. Mimpi yang sekadar mimpi tanpa bangun lalu meraih mimpi itu.  

Meskipun banyak bermimpi tidak salah. Mungkin ini proses. Tidak semua bisa didapatkan dalam satu kedipan mata. Mungkin ini bukan waktuNya.

Malam bulan purnama ini saya susah sekali tidur. Teringat pada bulan yang sering muncul di antara barisan kata yang kamu buat beberapa tahun lalu. Kalaupun saya sekarang tidak peduli, sebenarnya saya sangat peduli. Betapa saya sangat mengagumi susunan hurufmu sampai sekarang. Rasanya getir.

Handphone saya pegang erat. Saya buka twitter dan menemukan ini: Forgetting someone you used to love is as hard as remembering someone you never met #breakup (@bimoario).

Peluk erat. Bonne nuit.


Jakarta, 13 Oktober 2013.

Thursday, August 22, 2013

Mimpi Untuk Adek

Amerika. Salah satu mimpi besar gue untuk sekolahin adek gue yang nakal banget ini ke negri Om Sam. Mengembalikan ke habitatnya yang dulu ngga mau brojol di sana, padahal kandungan nyokap umurnya udah 9 bulan. Balik ke Jakarta akhirnya harus disesar. Yah! Emang ngga rejeki untuk bisa dapetin green card

Dalam beberapa tahun ke depan adek gue bakalan jadi kepala keluarga. Harus pinter cari duit halal. Caranya menurut gue harus jadi orang yang cerdas, bisa cas cis cus Bahasa Inggris. Lama-lama dunia semakin ngga ada batas. Ngga boleh cuma jadi kaya gue yang cuma bisa Yes, No doang :p 

Dia harus dapet pendidikan yang lebih bagus, harus hidup lebih mandiri, dan pada akhirnya bisa balas budi ke orang tua (meskipun ngga pernah akan bisa) & membangun keluarganya sendiri, menghidupi kehidupan.

Lagipula gue ngga mau adek gue direndahin sama pasangan hidupnya nanti. Selama ini mantan pacarnya oke-oke banget. Gue aja bingung kok mereka bisa suka sama adek gue. Cantik-cantik dan pinter. Ada yang sampe sekolah ke luar negri. Bukan berarti sekolah di Indonesia ngga bagus. Tapi kalo udah keluar negri itu biasanya wawasannya lebih luas, bisa lebih menghargai perbedaan, dan pemikirannya ngga sempit. 

Mimpi besar untuk ngirim adek gue ke Amerika pun bukan untuk menjadikan adek gue ke-barat-barat-an. Justru dia harus lihat keluar dan balik ke Indonesia untuk membangun negaranya sendiri. Gue optimis Indonesia akan jadi negara yang maju suatu hari nanti. Entah kapan. Yang pasti gue harus ada kontribusinya juga.

Ngga tau bakalan terealisasi atau ngga. Usaha sebisanya, sisanya campur tangan Tuhan.


Jakarta, 22 Agustus 2013.

Tuesday, August 20, 2013

Go To London 2014

Saatnya pasang kacamata kuda, sampai pada waktunya bilang ke diri sendiri "Success is the best revenge, anyway". Hal yang sangat subjektif memang, tapi apa pedulimu. 

Sekian dan terima kritik positif. Billy Boen bilang, See you on top! Amin.


Jakarta, 20 Agustus 2013.
Go To London 2014. Semoga.

Your Heart Might Still be Broken, but It isn't Gone

L: The man I loved fell out of love with me. That broke my heart. When the chance to be loved came along again, I ran away from it. I stopped trusting people.
K: No offense, but that seems like sort of a dumb thing to do.

L: I was afraid of getting my heart broken again. Sometimes you can trust a person, and then, when things are down, they forget about you.
K: Maybe they're just too busy. Maybe they don't forget about you, but they forget to remember you. People don't mean to forget. My grandfather says if my head wasn't screwed on, I'd leave it on the school bus.

L: I'm just afraid if I do trust someone, I'll get my heart broken.
K: I understand. I had a nice pair of rollerblades. I was afraid to wreck them, so I kept them in a box. Do you know what happened? I outgrew them. I never wore them outside. Only in my room a few times.

L: A person's heart and feelings are very different than skates.
K: They're kind of the same thing. If you won't use your heart, who cares if it gets broken? If you just keep it to yourself, maybe it'll be like my rollerblades. When you do decide to try it, it won't be any good. You should take a chance. Got nothing to lose.

L: Little truth in there somewhere.
K: I think so. Your heart might still be broken, but it isn't gone. If it was gone, you wouldn't be so nice.

L: Thank you. Do you know it's been a couple of years since I've talked to anybody?
K: That's okay. You're good at it. You're not boring. You don't mumble or spit. You should do it more often. Just wear an outfit with no pigeon poop on it.

L: I have been working very hard at keeping people away. I always think I'll have a lot of fun if I'm alone... but when I'm alone, it's not fun.
K: I don't care how much people bug me, I'd rather be with someone than alone.

L: So what are you doing alone on Christmas Eve? You did something wrong?
K: A lot of things.

L: Did you know that a good deed erases a bad deed?
K: It's late. I don't know if I'll have enough time to do enough good deeds to erase all my bad ones.

L: It's Christmas Eve. Good deeds count extra tonight. Think of an important thing you can do for others, and go do it. Just follow the star in your heart.
K: Okay... It's getting pretty late. I'd better get going. If I don't see you, I hope everything turns out okay.
L: Thank you.

K: Tell the birds I said goodbye.
L: I will.
K: If you need somebody to trust, it can be me. I won't forget to remember you.
L: Don't make promises you can't keep.


*K : Kevin
*L : Bird Lady

Jakarta, 20 Agustus 2013.
Overwhelmed. Exhausted.

Sunday, August 18, 2013

Korea #2 : Membuat Anggaran & Rencana Perjalanan


Tiket Masuk ke N Tower, dll.
Tiga hal penting dalam liburan adalah : kesehatan, waktu, dan uang. Mungkin uang relatif, tapi mungkin juga mutlak. Uang akan menjadi relatif jika disponsori, dan akan menjadi mutlak jika tidak.

Seberapa besar uang yang dibutuhkan jika ingin bepergian, pasti tergantung liburan seperti apa yang diinginkan. Liburan saya ke negri ginseng kali ini saya anggarkan paling banyak 6 juta rupiah selama 7 hari 5 malam, diluar tiket pesawat, visa, dan pengeluaran sebelum keberangkatan.

Saya mulai dengan bertanya ke teman yang sudah pernah ke Korea, kemudian melakukan penelitian sederhana di internet dan baca buku tentang Korea. Pertama, saya cari tahu tempat mana yang ingin saya kunjungi, apa yang mau saya lakukan di sana, dan berapa lama. Kedua, tempat penginapan. Ketiga, hal-hal kecil seperti transportasi dari Bandara ke penginapan, tempat tujuan wisata, dll; makanan; baju; oleh-oleh. Keempat, anggaran. Sebenarnya anggaran bukan langkah terakhir. Anggaran harusnya dibuat sekaligus ketika menyusun rute perjalanan.

Tiket ke Pulau Nami & Struk Hotel
Nah, kali ini saya beruntung karena ada “Visit Korea Year 2012”. Pemerintah Korea membuatkan banyak program yang menarik untuk wisatawan asing dan informasi mudah diakses dari manapun, khususnya internet. Di Jakarta pun beberapa kali ada pameran wisata khusus Korea Selatan. Jadi saya dapat informasi yang lumayan banyak.  Berikut laman yang banyak saya jadikan acuan : http://english.visitkoreayear.com/english/main.asp, http://english.visitkorea.or.kr/enu/index.kto. Banyak kupon diskon disini!

Beberapa keuntungan ketika saya mengunjungi Korea bertepatan dengan Visit Korea Year :
1.      Shuttle Bus gratis ke Jeonju & Busan (PP) dengan sistem undian.
2.      Diskon Korea Train Express dan Paket Wisata ke Pulau Nami.
3.      Diskon berbagai macam restoran, makanan, kosmetik, pertunjukan musik tradisional dan modern.
4.      Paket wisata khusus turis asing (land tour).

Ini perjalanan pertama saya sendirian. Hal penting yang harus saya lakukan adalah menyisakan minimal 100.000 won sampai hari terakhir. Waktu itu saya berhasil menyimpan sejumlah won termasuk 100 USD. Ketika boarding pass menuju Cengkareng di tangan, akhirnya saya memuaskan nafsu belanja oleh-oleh di Lotte Duty Free Shop, Incheon. Sepele sih, tapi penting!

Kamu bisa unduh rencana perjalanan & anggaran saya di sini, gratis. Selamat menikmati.


Jakarta, 18 Agustus 2013.
Ada lanjutan Korea #3. Silakan datang kembali jika berkenan.

Thursday, August 1, 2013

Modus

nyokap ngga pernah punya nomer selain telkomsel.

exxon ngga bakal pake yahoo.

ngga kenal yang namanya Mila.

*huft*

Panggilan Interview!

Wed, Jul 24, 2013
Ini mimpi gue dan berakhir gitu aja tanpa gue ikutin prosesnya. Udah ga tau berapa kali gue ngelamar ke tempat ini dan selalu ditolak. Dan gue bener-bener pengen berada di posisi ini. Panggilan interview!

I'm hungry for this. Tapi nyokap minta gue untuk stay di tempat kerja yang sekarang. Gue percaya yang nyokap bilang itu yang terbaik buat anaknya. Meskipun mimpi gue berhenti, gue bangga banget pernah menjadi bagian dari keluarga besar Garuda Indonesia. Thanks Mom!

Di atas meja kerja. Jakarta, 1 Agustus 2013.

Monday, July 29, 2013

Don't worry, because in the end we will die, anyway

Saturday, January 19, 2013

Korea #1

Terima kasih. Kamu membawa saya ke negara yang tepat di hati yang tepat.

Coffee War Kemang! Ketika itu saya dan dua orang teman saya yang lain menyusun perjalanan ke Vietnam dengan transit dulu di Singapura. Target 2012 hanya itu.

Sampai di suatu waktu saya dan kamu dipertemukan. Kita berkenalan, kamu cerita rencanamu, aku pun begitu. Sampai akhirnya kamu ajak saya ke negara yang bahkan tidak terpikir oleh saya sama sekali. Saya mengiyakan dan ubah rute perjalanan tiket. “Banyak tiket Jakarta Singapura yang murah.”, katamu.

CRV dan Taksaka pasti akan menyimpan cerita-cerita kita dulu dengan baik. Dari cerita jujur sampai gombal. Dari cerita rahasia sampai cerita buatan. Dan perjalanan Jakarta-Jogja yang berakhir di Jakarta menutup kisah kita dengan sempurna.


Kita hanya dipertemukan sebentar saja sebelum perjalanan musim gugur dimulai. Saya yakin ini pertanda baik, karena artinya Tuhan sedang menyiapkan pasangan hidup saya yang setia dan jujur.
 
Lagu wajib ketika di udara selain Empire State of Mind (Alicia Keys). Lagu ini menemani saya dalam “My First Solo Traveled” perjalanan tujuh jam saya ke Bandara Incheon, Seoul, Korea Selatan
Menu santap pagi GA-878: Sliced fresh fruits; fruit yoghurt; natural omelette, chicken sausage and ratatatouille; bread and butter; hot tea.
Detik-detik menuju pemeriksaan dari Departemen kesehatan dan 15 menit tertahan di imigrasi sampai akhirnya diloloskan.
Selamat datang musim gugur. Selamat datang cuaca tujuh derajat celcius. Sarangheyo!




Jakarta, 17 Januari 2013

Tentang Menikah

First your parents, they give you your life, but then they try to give you their life. – Cuck Palahniuk.

Saya sedang berpikir keras mengenai pernikahan. Okelah alasan menikah karena sudah cukup umur, sudah dipertemukan dengan pasangan hidup, dan dorongan dari orang tua. Lalu?

Jika alasannya “tidak siap tinggal sendiri, tidak siap meninggalkan rumah orang tua” bukannya justru orang tua menanggung biaya hidup dua keluarga. Artinya apakah orang tua senang dengan keadaan seperti itu. Mungkin ikhlas, tapi bagaimana dengan perasaan. Apakah mereka senang anaknya yang sudah menikah belum bisa mandiri. Bangun tidur makanan sudah tersedia. Pulang kerja rumah sudah bersih. Bahkan melihat orang tua masak atau membersihkan rumah pun anak yang sudah menikah itu diam saja. Alasannya masuk akal : hamil muda.

Lalu apakah orang tua tidak terlalu memanjakan anaknya kalau seperti itu. Apakah orang tua tidak ingin melihat mereka membangun rumah tangganya sendiri. Dimulai dengan meninggalkan rumah orang tua. Bisa kos, bisa kontrak rumah, atau kalau dana mencukupi beli rumah. Bukannya orang tua senang kalau anaknya bisa mengurusi suaminya sendiri. Menyiapkan santapan paginya, membawakan bekal makan siang, dengan memasak makanannya sendiri. Hasil jerih payah sendiri.

Bisa jadi saya yang terlalu iri melihat orang tua yang memanjakan anaknya. Mungkin saya tidak bisa terima orang tua masih saja menanggung biaya hidup anaknya yang sudah menikah. Kalau saja saya tidak belajar dari kondisi itu, saya itu ndablek! Sableng! Edan!

Bagaimana jika dilihat dari anak yang sudah menikah. Sebenarnya apa yang membuat mereka tidak siap meninggalkan rumah orang tua. Apa yang membuat mereka tidak siap hidup mandiri, lepas dari tanggungan orang tua. Bukankah anak yang sudah menikah itu sudah dapat menghasilkan uang. Kalau belum bisa, apakah mereka tidak bisa mempertanggungjawabkan keputusan mereka untuk menikah, apakah pantas menikah lalu membebani orang tuanya.

Lalu apa arti menikah menurutmu? Apa maknanya?

Kelak ketika saya sudah menikah, saya tidak ndablek.

 
Jakarta, 17 Januari 2013
 
 
Copyright © TITA
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com