Teater Salihara penuh. Bahkan panitia menyediakan layar di luar teater supaya kami bisa ikut merayakan kebahagianmu, Pak.
“Wah edan ! edan!.” Kata Sapardi Djoko Damono (SDD). Beliau duduk di sebelah saya. Kata-kata Pak Sapardi terdengar jelas. Sangat jelas dan tidak hanya sekali. Sebutlah ketika Najwa Shihab membacakan puisimu mengenai kerusahan 1998. “Edan!”. Saya merinding. Waktu seperti kembali ke jamannya. Jaman saya masih SD ! Mama, Papa saya panik. Bahkan, sekali-kalinya Papa akhirnya jemput saya dengan naik angkutan umum, lalu buru-buru pulang. Kami semua ketakutan. Diam di rumah adalah jawaban. Banyak korban bergelimpangan. Tragedi Semanggi, Trisakti. Sebutlah !
Sebelum acara dimulai, saya membeli buku ini : Pagi dan Hal-hal yang Dipungut Kembali (Sebuah Epigram). Saya pikir : Mengapa kamu bicara tentang pagi? Bukankah malam lebih banyak mempunyai arti? Saya ingin tahu seperti apa : Epigram.
"Epigram ditandai terutama karena singkatnya. Ia tak akan menampilkan sesuatu yang lengkap, meskipun umumnya ia lahir sebagai cetusan sebuah pengalaman dan pemikiran yang lebih lengkap, lebih dalam." Goenawan Mohamad (GM).
Bukumu hangat. Memeluk saya sampai bengap.
“Selamat pagi. Selamat pagi kepada mereka yang tiap hari memperbaiki sebuah jalan dekat kita yang selalu rusak, yaitu harapan.”
Lalu kamu mengantarkan saya ke malam.
“Selamat tidur. Besok saya akan bangun dan mencoba mengerti : Tuhan tak menciptakan dunia di mana semua manusia seperti yang saya maui.”
Tidak hanya pagi, nostalgi, malam, kenangan, politik, dan burung yang kau bicarakan. Banyak hal Indonesia ada di dalam buku berjumlah 193 halaman ini. Seperti :
“Apa Indonesia bagimu? Tempat yang ditakdirkan untuk saya belajar bagaimana berbeda, bagaimana bersatu, dan bagaimana untuk tak putus asa.”
Teater Salihara, Jakarta, 3 Agustus 2011
Untuk GM : Selamat ulang tahun. Peluk saya sampai bengap.
Untuk SDD : Terima Kasih.
0 comments:
Post a Comment