Banyak kenangan di angka lima. Saya ingat pernah diberi 50 rupiah oleh kakak, dan dia mengantarkan kepingan itu dengan naik sepeda dari rumah. Kepingan itu dia titipkan ke penjaga sekolah, namanya Pak Mardi. Akhirakhir ini saya sudah tidak pernah bertemu beliau. Semoga saja dia selalu dalam keadaan yang sehat. Biasanya kami bertemu di Gereja. Saya kangen. Pak Mardi adalah penjaga sekolah kesayangan saya. Dia selalu senyum, kapan saja dan di mana saja. Bahkan ketika mengepel lantai sekalipun. Hidupnya selalu dihadapi dengan senyum. Saya ingin seperti itu. Namun, pelaksanaanya selalu bodoh. Apalagi kalau sedang ada masalah. Saya memang harus banyak belajar dari Pak Mardi.
Di angka ini saya masih menjadi anak baikbaik. Ikut paduan suara sekolah, dan menjuarai berbagai lomba paduan suara. Kalau kamu tidak percaya, bisa lihat pialanya di rumah saya. *eh, sombong sedikit :p*
Masih di angka lima. Satu hal yang ingin saya ceritakan di angka ini adalah pelajaran mewarnai gambar. Suatu ketika saya pernah tidak membawa pensil warna atau krayon. Saya tidak berusaha pinjam teman. Mewarnai hanya dengan memakai pensil, pensil raut. Jadilah hanya hitam, dan putih.
Semoga saja ini bukan semacam pertanda. Saya tidak mau hanya hidup dengan warna hitam dan putih. Saya ingin merah, saya ingin kuning, hijau, ungu, biru. Saya ingin oranye.
Jinsei wa iroazayakada : hidup itu penuh warna.
Sedang tidak menulis dengan hati, melainkan dengan mata yang sedang keringkeringnya. Mungkin sedang dalam masa peralihan, pahit ke manis. Mungkin juga gugur ke semi. Apapun itu saya akan selalu belajar mewarnai. Belajar mewarnai itu penting. Lalu lagu di windows player saya terhenti di Boyz II Men : So Amazing.
Jakarta, 19 Juni 2011
2 comments:
blogwalking ... nice piece of writing Tita ... not when I was 17 but when I was 5 ... dunia sudah punya warna ...
trimakasih mba angelika :)
Post a Comment