Di tempat saya bekerja, hampir tidak ada yang mesti saya kerjakan. Saya mati gaya. Lalu ingin cepatcepat sampai rumah, tidur terlentang, lalu memandangi langitlangit kamar. Saya berkata kepada hati bahwa saya ingin menangis, tetapi sampai saya terlelap, tidak ada satu butiran hangat pun yang keluar.
Saya benci untuk mengatakan benci. Memang sebaiknya benci itu dimusnahkan saja dari semesta. Benci itu semacam virus perusak hati.
Mungkin hati itu sendiri permasalahannya hanya sebentar. Sebentar kuat, sebentar lemah. Sebentar mengatakan baik, sebentar brengsek. Sebentar pahit itu terasa manis, sebentar pahit itu ya pahit. Akan tetapi mungkin juga itulah yang dinamakan ngrasani hati (hati).
* Ngrasani (Bahasa Jawa) : merasakan/feel
Jakarta, 25 Mei 2011
0 comments:
Post a Comment