Sejak hari itu kamu berubah. Hati merasakan perubahan itu, begitu dalam. Tentang mimpi saya malam itu, terjawab tanpa penjelasan dari kamu. Kamu baik. Mungkin kejujuran buatmu adalah menyakitkan.
Sampai sekarang saya berharap mimpi saya malam itu terjadi di semesta ini. Dimana dua manusia yang sedang duduk di trotoar, saling berpelukan, kemudian bercumbu. Disana ada satu manusia lain lagi yang berdiri di belakang mereka, di bawah lampu jalan. Manusia itu tertunduk, lesu. Ia tidak marah, lalu berbalik meninggalkan manusiamanusia menuju jalan setapak yang ada dekat lampu jalan.
Seperti sinema yang sering kamu tonton di teve, berkat mimpi itu saya bersyukur bisa belajar, bahwa ketika saya diangkat setinggitingginya, saya juga harus siap direndahkan serendahrendahnya. Untuk itu saya akan lebih siap menerima, bahwa tidak ada hal yang abadi di semesta.
Jakarta, 22 April 2011
0 comments:
Post a Comment