Kita
bertemu di sebuah ruangan kotak lantai empat. Saling berhadapan hampir setiap
harinya.
Kita
samasama pernah diberi kesempatan untuk mencoba melakukan sebuah hal yang
dinamakan ikhlas, legowo. Samasama pernah belajar menerima sebuah kejujuran
dari pengkhianatan. Kita saling bertukar cerita tentang pahit kita
masingmasing. Mestinya kita itu bersyukur.
Theoresia
Rumthe pernah membuat satu kesimpulan yang dibuat paling tidak untuk hatinya
pada malam itu. Dia bilang, “Kalaupun kamu punya pahit dengan orang lain,
padahal dulunya kalian adalah pasangan yang manis. Ingatlah halhal romantis
yang pernah kamu lewati bersama orang itu.”
Katanya
lagi, “Mengingat hal romantis, bukan gombal. Mengingat hal manis akan
membantumu seimbang ketika rasa pahit itu melanda. Berbesar hati untuk menerima
rasa pahit. Lalu berbesar hati pula untuk mengingat halhal manis.”
Blackberry Messenger.
Received Thursday, 13 October 2011, 10.00 WIB.
Kamu
: sebenernya gue udah mempersiapkan diri untuk ngga nge drop. Ternyata ngga
bisa. Seketika dada sesak, badan panas banget tapi merinding.
Saya
: I feel you. Yang kuat ya. God makes no mistakes.
Blackberry Messenger.
Received Friday, 14 October 2011, 19.27 WIB.
Kamu
: gue ngga sanggup kalau nanti pas balik ke Jakarta terus ngga ada kesibukan.
Pasti akan kepikiran terus.
Saya
: cari kesibukan. Buat seharian itu capek. Jadi sampai rumah tinggal tidur. Ikut
kegiatan apa lah. Sampai lo nemu titik dimana lo bisa ‘bangun’.
Kamu
: gue ngga fokus. Percuma.
Saya
: Emang sih sekalipun setiap hari jalanjalan terus tiap pulang kantor, sampai
rumah pasti berasa. Tapi tetap harus cari halhal positif. Besok jangan
kebanyakan bengong.
Kamu
: gue pulang Minggu. Pas gue pulang pas hari nikahannya.
Saya
: yakin aja lo pasti kuat. Kalau mau nangis ya nangis. Dirasain aja. Bisa kok
bisa.
Dear Friend, Wish him
nothing. But the best.
Jakarta,
14 Oktober 2011
0 comments:
Post a Comment