Monday, August 1, 2011

Menikmati Kehilangan dan Menemukan

Kehilangan adalah perjalanan untuk menemukan. Dan menemukan adalah perjalanan untuk kehilangan – Theoresia Rumthe.

Kalau dibilang sudah tidak ada perih, bisa jadi itu bohong. Tergores saja kadang meninggalkan bekas bukan? Malam ini saya kembali menemukan sebuah renungan. Pipi saya tidak basah.


Ada sebuah perih yang saya pendam, sendiri. Saya simpan dia jauh-jauh, tapi seperti selalu muncul lagi. Dan lagi. Ingin rasanya mengeluarkan, namun ke siapa? Kemudian notebook inilah yang akan menemani saya ketika perih itu muncul.


“Jalanin pelan-pelan. Belajar buat apa-apa sendiri lagi. Dulu juga sendiri kan? Sampai besok-besok juga ngga akan lupa. Makin dicoba lupa yang ada makin ngga bisa. Jadi jalanin natural. Coba cari ritmenya lagi. Kalau tiba-tiba inget, diam sebentar, kelilipan sebentar. It’s normal, cuma jangan berlarut ya.”


Saya diam dalam sebuah Renungan Maret 2011 yang saya siapkan sebelum keberangkatan saya ke sebuah tempat. Tempat yang memberikan keteduhan bagi orang-orang yang benar saya sayang, sampai sekarang. Tempat yang menyimpan kejujuran dan kebohongan. Sebuah tempat dimana saya bisa makan kenyang dengan selembar lima ribu rupiah.


“Dia baik sampai mikir akhir yang begini. Dia udah pikir panjang. Lepas dari kamu shocked ya. Tapi tetap semua ada alasannya, ta.”


Kembali saya teringat akan kata-kata yang menyebutkan bahwa Everything happens for a reason. Lalu perih itu berangsur reda. Dia kembali ke sebuah tempat, yang saya sendiri pun tidak tahu di mana.


“Disaat mimpi hancur lebur di tengah perjalanan kemarin, I feel you, really do. Patokannya bukan nangis atau enggak. Tapi semakin akrab dengan kenyataan, semakin enjoy jalaninnya.”


Menikmati kehilangan dan menemukan bagi saya adalah jalan. Mimpi adalah prosesnya. Kemudian, muncul sebuah syukur. Hidup bukankah seperti itu? Ada saatnya kehilangan. Ada saatnya menemukan. Mungkin semua berkaitan dengan sebuah hal yang dinamakan dengan waktu. Mungkin hanya masalah waktu. Mungkin saja.


Expectation sah-sah aja, tapi tolong jangan too much expectation. Mimpi ngga pernah salah, selama tahu kapan harus bangun.”


Saya menemukan lagi kumpulan kata-kata kamu. Dear Jessica Budiharga, Proficiat ya. Lulus ! S.Koms !


Kangen ini, “Titaaaa.. Sini-sini aku peluk”. Lalu kita berpelukan sebelum tangga keluar Gedung Carlo. Di mobil, pipiku basah.



Jakarta, 30 Juli 2011

0 comments:

Post a Comment

 
 
Copyright © TITA
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com