Monday, July 4, 2011

Warna

Kembali di angka lima. Di mana saya hanya tahu bermain dan bermain. Kirakira begini aktivitas saya : bangun tidur, mandi, makan, lalu diantar Pak Didik ke sekolah. Pulang sekolah ganti baju, bermain, tidur, mandi, makan, bermain, tidur lagi. Di angka tersebut saya suka sekali bermain. Congklak adalah permainan kesukaan saya di sekolah. Setiap istirahat, saya hampir selalu bermain congklak dengan Yenovita Hutauruk. Saya panggil dia Enop. Kami berteman hingga SD. Setelah itu kami berpisah. Saya melanjutkan ke SMP St. Fr. Asisi, dia entah ke mana. Kemudian kami bertemu lagi di facebook, dan ternyata kami satu almamater di Universitas Perjuangan. Enop sudah punya anak, mungkin dua.

Banyak kenangan di angka lima. Saya ingat pernah diberi 50 rupiah oleh kakak, dan dia mengantarkan kepingan itu dengan naik sepeda dari rumah. Kepingan itu dia titipkan ke penjaga sekolah, namanya Pak Mardi. Akhirakhir ini saya sudah tidak pernah bertemu beliau. Semoga saja dia selalu dalam keadaan yang sehat. Biasanya kami bertemu di Gereja. Saya kangen. Pak Mardi adalah penjaga sekolah kesayangan saya. Dia selalu senyum, kapan saja dan di mana saja. Bahkan ketika mengepel lantai sekalipun. Hidupnya selalu dihadapi dengan senyum. Saya ingin seperti itu. Namun, pelaksanaanya selalu bodoh. Apalagi kalau sedang ada masalah. Saya memang harus banyak belajar dari Pak Mardi.


Di angka ini saya masih menjadi anak baikbaik. Ikut paduan suara sekolah, dan menjuarai berbagai lomba paduan suara. Kalau kamu tidak percaya, bisa lihat pialanya di rumah saya. *eh, sombong sedikit :p*


Masih di angka lima. Satu hal yang ingin saya ceritakan di angka ini adalah pelajaran mewarnai gambar. Suatu ketika saya pernah tidak membawa pensil warna atau krayon. Saya tidak berusaha pinjam teman. Mewarnai hanya dengan memakai pensil, pensil raut. Jadilah hanya hitam, dan putih.


Semoga saja ini bukan semacam pertanda. Saya tidak mau hanya hidup dengan warna hitam dan putih. Saya ingin merah, saya ingin kuning, hijau, ungu, biru. Saya ingin oranye.

Jinsei wa iroazayakada : hidup itu penuh warna.



Sedang tidak menulis dengan hati, melainkan dengan mata yang sedang keringkeringnya. Mungkin sedang dalam masa peralihan, pahit ke manis. Mungkin juga gugur ke semi. Apapun itu saya akan selalu belajar mewarnai. Belajar mewarnai itu penting. Lalu lagu di windows player saya terhenti di Boyz II Men : So Amazing.


Jakarta, 19 Juni 2011

2 comments:

Angelika Riyandari (Ike) said...

blogwalking ... nice piece of writing Tita ... not when I was 17 but when I was 5 ... dunia sudah punya warna ...

Unknown said...

trimakasih mba angelika :)

Post a Comment

 
 
Copyright © TITA
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com