Sunday, October 16, 2011

It’s Called Friend


Kita bertemu di sebuah ruangan kotak lantai empat. Saling berhadapan hampir setiap harinya.

Kita samasama pernah diberi kesempatan untuk mencoba melakukan sebuah hal yang dinamakan ikhlas, legowo. Samasama pernah belajar menerima sebuah kejujuran dari pengkhianatan. Kita saling bertukar cerita tentang pahit kita masingmasing. Mestinya kita itu bersyukur.

Theoresia Rumthe pernah membuat satu kesimpulan yang dibuat paling tidak untuk hatinya pada malam itu. Dia bilang, “Kalaupun kamu punya pahit dengan orang lain, padahal dulunya kalian adalah pasangan yang manis. Ingatlah halhal romantis yang pernah kamu lewati bersama orang itu.”

Katanya lagi, “Mengingat hal romantis, bukan gombal. Mengingat hal manis akan membantumu seimbang ketika rasa pahit itu melanda. Berbesar hati untuk menerima rasa pahit. Lalu berbesar hati pula untuk mengingat halhal manis.”

Blackberry Messenger. Received Thursday, 13 October 2011, 10.00 WIB.

Kamu : sebenernya gue udah mempersiapkan diri untuk ngga nge drop. Ternyata ngga bisa. Seketika dada sesak, badan panas banget tapi merinding.
Saya : I feel you. Yang kuat ya. God makes no mistakes.

Blackberry Messenger. Received Friday, 14 October 2011, 19.27 WIB.

Kamu : gue ngga sanggup kalau nanti pas balik ke Jakarta terus ngga ada kesibukan. Pasti akan kepikiran terus.
Saya : cari kesibukan. Buat seharian itu capek. Jadi sampai rumah tinggal tidur. Ikut kegiatan apa lah. Sampai lo nemu titik dimana lo bisa ‘bangun’.

Kamu : gue ngga fokus. Percuma.
Saya : Emang sih sekalipun setiap hari jalanjalan terus tiap pulang kantor, sampai rumah pasti berasa. Tapi tetap harus cari halhal positif. Besok jangan kebanyakan bengong.

Kamu : gue pulang Minggu. Pas gue pulang pas hari nikahannya.
Saya : yakin aja lo pasti kuat. Kalau mau nangis ya nangis. Dirasain aja. Bisa kok bisa.

Dear Friend, Wish him nothing. But the best.


Jakarta, 14 Oktober 2011

0 comments:

Post a Comment

 
 
Copyright © TITA
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com