Sunday, October 9, 2011

Mati Rasa


Organ dalam yang luka acap kali menimbulkan aroma mulut yang kurang sedap, seperti itulah yang terjadi ketika kata-kata kasar atau kalimat pedas terucap dari seseorang, pasti ada luka batin yang belum tersembuhkan. Tugas kita bukan menambah luka dengan memusuhi mereka namun menyembuhkannya. – Gobind Vashdev –

Satu nasi, satu ayam, satu pepsi cola di Mc Donald’s Kuta Beach. Saya berdua dengan kamu disini. Kamu duluan yang pesan, kemudian saya. Kamu yang pertama bilang kalau makanan ini tidak enak, lalu saya. Kamu cerita tentang dia, kemudian saya. Kita bergantian. Seperti senang dan sedih. Mereka diciptakan sepaket, namun muncul bergantian.

Makanan ini tidak saya habiskan. Makanan susah ditelan, lidah sedang tidak bisa merasakan rasa apapun. Saya mati rasa. Atau purapura mati rasa? Malam ini saya ingin seperti kamu, mati rasa.

“Kamu tuh seharusnya terima kasih sama orang yang udah nyakitin kamu, bukan terima kasih ke aku. Karena aku cuma kasih teori. Kalau sama orang yang nyakitin kamu, disitulah kamu bisa belajar. Sekarang kamu jadi tahu gimana caranya ikhlas.”.

21.30 WITA. Masih saja ramai, namun sepi. “Kamu ngga boleh mati rasa kaya aku”.

Saya : salah kalo gue deket dan masih berhubungan baik sama mereka?
Dia : engga si. Tapi, just playing in your track.

Waktu terus berjalan. Saya diam. Di luar, langit sedang meneteskan air kecilkecil. Kita lalu memutuskan pulang ke penginapan melalui Jl. Poppies II. Jalan itu adalah tempat di mana saya menunggu dia dulu. Kami pakai kaos warna ungu.


Mc Donalds, Pantai Kuta, Bali, 3 Oktober 2011

0 comments:

Post a Comment

 
 
Copyright © TITA
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com