Wednesday, June 1, 2011

Januari

Saya mencapai masa dimana hidup ingin diakhiri saja. Saya bodoh, memang, tapi saya rasa itu wajar. Paling tidak saya bisa merasakan masa itu, sehingga saya sadar dan bisa lebih bersyukur. Sadar bahwa saya bukannya ingin mengakhiri hidup. Hanya lebih ingin mengakhiri masalah. Mestinya dari dulu saya punya prinsip begini : Masalah itu pasti akan ada, tinggal bagaimana menyelesaikannya.

Sejak hari itu kamu berubah. Hati merasakan perubahan itu, begitu dalam. Tentang mimpi saya malam itu, terjawab tanpa penjelasan dari kamu. Kamu baik. Mungkin kejujuran buatmu adalah menyakitkan.


Sampai sekarang saya berharap mimpi saya malam itu terjadi di semesta ini. Dimana dua manusia yang sedang duduk di trotoar, saling berpelukan, kemudian bercumbu. Disana ada satu manusia lain lagi yang berdiri di belakang mereka, di bawah lampu jalan. Manusia itu tertunduk, lesu. Ia tidak marah, lalu berbalik meninggalkan manusiamanusia menuju jalan setapak yang ada dekat lampu jalan.


Seperti sinema yang sering kamu tonton di teve, berkat mimpi itu saya bersyukur bisa belajar, bahwa ketika saya diangkat setinggitingginya, saya juga harus siap direndahkan serendahrendahnya. Untuk itu saya akan lebih siap menerima, bahwa tidak ada hal yang abadi di semesta.



Jakarta, 22 April 2011

0 comments:

Post a Comment

 
 
Copyright © TITA
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com